jual perlengkapan rumah unik

pempekkita.com - pesan pempek palembang

29 Tahun Lalu Seharusnya Antariksawan Indonesia Sudah Pergi Ke Luar Angkasa


Pada tahun 1985, Indonesia memiliki 2 orang Kandidat Antariksawan yang dilatih oleh NASA. Yaitu, Pratiwi Sudarmono dan Taufik Akbar. 2 orang tersebut terpilih menjadi Antariksawan setelah mengikuti beberapa pelatihan di NASA. Mulai dari latihan mental, sampai latihan beradaptasi dengan gaya gravitasi di luar angkasa. Pratiwi dan Akbar dilatih oleh NASA karena Indonesia ingin mengirimkan satelitenya yaitu Satelit Palapa B3 dengan kode misi program luar angkasa STS-61-H yang sudah direncanakan menggunakan pesawat ulang alik Coloumbia terbang pada tanggal 24 Juni 1986 dan Mendarat di bumi pada tanggal 1 Juni 1986. Selain satelit Palapa B3, misi ini juga membawa 2 satelit komersial yaitu Satelite Skynet 4A milik Britania Raya dan Westar 6S milik perusahaan Amerika Serikat yaitu Western Union. Misi STS-61-H Membawa 7 Crew dan 2 Back-Up Crew. Crew yang ikut dalam misi ini yaitu Michael Lloyd (Amerika Serikat) , John Elmer (Amerika Serikat), Robert Clyde (Amerika Serikat), James Frederick (Amerika Serikat), Anna Lee Tingle (Amerika Serikat) , Pratiwi Sudamono Pujilestari (Indonesia), dan Nigel Richard (Britania Raya). Sementara 2 Back-up Crew yaitu Richard Alfred (Britania Raya) dan Taufik Akbar (Indonesia).

Penyebab Kegagalan Pratiwi dan Kawan
Semua persiapan sudah lengkap tetapi saat persiapan tersebut hancur ketika Pesawat Ulang Alik Challenger mengalami kecelakaan saat terbang pada detik ke 73 sesaat setelah diluncurkan dari Kennedy Space Center di Florida, 28 Januari 1986. Yang mengakibatkan meninggalnya 7 Antariksawan Asal Amerika Serikat. Penyebab kecelakaan adalah Disintegrasi seluruh pesawat mulai dari segel cincin-O di kanan solid rocket booster(SRB) gagal dilepas. Sampai satu dari dua roket pendorong miring dan menggores badan pesawat yang seketika timbul percikan api disusul meledaknya pesawat. Akibat dari kecelakaan tersebut Penerbangan Antariksa ditutup selama 32 Bulan dan Imbasnya kepada Misi STS-61-H yang didalamnya ada 2 Antariksawan Indonesia yang Ingin mengorbit bersama Satelit Palapa B3. Akhirnya Palapa B3 namanya diganti menjadi Palapa B2P yang diluncurkan pada tanggal 20 Maret 1987 dengan Roket Delta-3920

Profil
1. Pratiwi Pujilestari Sudarmono

Pratiwi Pujilestari Sudarmono lahir di Bandung pada tanggal 31 Juli 1952. Ia lebih dikenal sebagai Microbiologiwan daripada sebagai seorang Antariksawan. Pratiwi seorang ilmuan dan profesor mikrobiologi dari Universitas Indonesia. Ia terpilih menjadi antariksawan pada tanggal 30 September 1985 yang diikuti sekitar 200 kandidat yang ikut seleksi menjadi antariksawan. Ia menduduki spesialis muatan dalam misi STS-61-H. Ia menggunakan nama “Sudarmono” sebagai nama panggilan di NASA. Pada saat itu ia mengharumkan nama Indonesia dan Asia, Karena Pratiwi menjadi wanita pertama yang menjadi Antariksawan Indonesia bahkan Asia. Pratiwi mengikuti berbagai pelatihan di NASA dibiayai langsung oleh pemerintah tanpa ada bantuan dari manapun. Ia selain menjadi calon Antariksawan Indonesia di NASA, sebelumnya ia mendapat gelar PhD. di Molecular Microbiology, Osaka University, Japan 1984. Pratiwi sekarang meneruskan karirnya di bidang Microbiologi di Universitas Indonesia sebagar Profesor dan dekan fakultas kedokteran UI.


2.Taufik Akbar
 

Taufik Akbar lahir di Medan, 8 Januari 1951. Ia seorang insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung dengan gelar Bachelor of Science di bidang Electrical Engineering pada tahun 1975, ia bekerja sebagai insinyur telekomunikasi. Bekerja untuk Telkom dalam pengembangan Palapa sistem satelit telekomunikasi, pada tanggal 30 Oktober 1985 ia terpilih untuk ambil bagian dalam misi STS-61-H sebagai Cadangan dari Pratiwi Sudarmono, ia mengikuti berbagai latihan ke antariksa bersama Pratiwi Sudarmono. Nama ia saat di NASA adalah “Akbar”. Tekad ia sangat kuat menjadi seorang Antariksawan Kedua setelah Pratiwi, tapi apa daya kecelakaan Pesawat ulang alik Challenger menjadi penyebab kegagalan Akbar dan Pratiwi. Tahun lalu beliau adalah seorang Direktur Sumber Daya Manusia di PT. Telkom Indonesia.